Kediri, tipikor.web.id – Persoalan limbah peternakan, khususnya kotoran hewan, kerap menjadi sumber keluhan warga desa akibat baunya yang mengganggu dan potensi pencemaran lingkungan.
Menanggapi permasalahan ini, sekelompok mahasiswa dari Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Brawijaya Kediri melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa pelatihan pemanfaatan limbah kotoran domba menjadi pupuk organik. Kegiatan ini dilaksanakan di Dusun Mangiran, Desa Lamong, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri.
Pelatihan ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 17 dengan tema “Pengolahan dan Penerapan Kotoran Domba sebagai Pupuk Organik Cair (POC) dan Pupuk Organik Padat (POP) untuk Menanggulangi Limbah Peternakan.”
Bertempat di rumah salah satu warga bernama Khusnul, pelatihan ini turut dihadiri oleh Dr. Moh. Sofi’ul Anam, S.Pt., M.Sc., dosen dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM). Kehadirannya memberikan dukungan serta masukan positif terhadap inovasi yang dibawa para mahasiswa.
Fokus kegiatan ini adalah pada Kelompok Pemuda 27 di Dusun Mangiran. Ketua pelaksana, Hariska Devi Novia, menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menawarkan solusi pengolahan limbah ternak agar memiliki nilai guna bagi sektor pertanian.
“Kami melihat banyak petani yang masih mengandalkan pupuk kimia. Dengan pelatihan ini, kami ingin mengenalkan alternatif pupuk alami yang lebih ramah lingkungan,” jelas Debryan, narasumber utama dalam kegiatan ini.
Dalam sesi pelatihan, peserta dikenalkan dengan dua jenis pupuk hasil olahan limbah peternakan, yakni pupuk organik padat (POP) dan pupuk organik cair (POC). POP dihasilkan dari fermentasi kotoran domba dengan bahan tambahan seperti EM4, molases, dan kapur dolomit. Sedangkan POC dibuat melalui fermentasi tertutup selama dua pekan, lalu diencerkan dengan air bersih sebelum digunakan.
Pelatihan berlangsung dengan suasana aktif dan interaktif. Peserta tidak hanya menyimak penjelasan, namun juga langsung mempraktikkan proses pembuatan pupuk tersebut. Banyak peserta yang menunjukkan ketertarikan dan berencana mempraktikkannya sendiri di rumah.
“Biasanya kotoran domba kami buang begitu saja. Sekarang kami tahu bisa dimanfaatkan jadi pupuk,” ujar Burhan, salah satu peserta pelatihan.
Program ini turut mendukung upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab serta poin 15 yang menekankan pentingnya menjaga ekosistem darat. Penggunaan pupuk organik dapat membantu memperbaiki kualitas tanah dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya.
Mahasiswa berharap, kegiatan serupa dapat diadopsi oleh desa-desa lain sebagai langkah mandiri dalam mengelola limbah peternakan secara berkelanjutan.
“Semoga program seperti ini bisa berkembang lebih luas, agar masyarakat makin sadar akan pentingnya mengolah limbah ternak dan mendorong pertanian yang mandiri serta ramah lingkungan,” tutur Hariska Devi Novia.(RED.AL)
0 Komentar