Hanya Ada Dua Pasangan Calon di Pilkada Kediri 2024: Begini Tingkat Kerawanannya

  


KEDIRI,  tipikornews.net – Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Kota Kediri, hanya akan ada dua pasangan calon (paslon) yang bertarung. Kondisi ini diperkirakan dapat meningkatkan potensi polarisasi di masyarakat, karena persaingan antara dua kubu yang ada kemungkinan akan memicu konflik lebih besar.

Sebagai informasi, baik di Pilkada Kabupaten Kediri maupun Kota Kediri, masing-masing hanya memiliki dua pasangan calon. Di Kabupaten Kediri, pasangan Hanindhito Himawan Pramana dan Dewi Mariya Ulfa (Dhito-Dewi) akan bersaing dengan pasangan Deny Widyanarko dan Mudawamah (Deny-Mudawamah). Sementara itu, di Kota Kediri, pasangan Vinanda Prameswati dan Gus Qowimuddin Thoha (Vinanda-Gus Qowim) akan berkompetisi melawan pasangan Ferry Silviana Feronica dan Regina Nadya Suwono (Fey-Regina).

Vinanda-Gus Qowim lebih dahulu mendaftar di KPU Kota Kediri dengan dukungan dari tujuh partai politik. Di Kabupaten Kediri, pasangan Dhito-Dewi, yang merupakan petahana, dikenal luas di wilayah tersebut. Dewi juga adalah ketua Fatayat yang memiliki dukungan massa nahdliyin. Deny-Mudawamah pun memiliki basis dukungan kuat, dengan Deny sebagai pemilik pabrik rokok Tajimas dan Mudawamah sebagai ketua Muslimat, juga dengan basis massa nahdliyin.

Di Kota Kediri, Vinanda, yang merupakan ketua harian relawan Suket Teki Nusantara, memiliki jaringan luas dari pusat hingga daerah. Qowimuddin Thoha, pengasuh Ponpes Al Ishlah Bandarkidul, juga memiliki basis massa di kalangan nahdliyin. Sementara itu, Fey, istri mantan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, dan Regina, anggota DPRD Kota Kediri periode 2019-2024, juga memiliki tingkat popularitas yang tinggi.

Dengan hanya dua paslon dalam Pilkada 2024, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Kediri mengingatkan agar proses kontestasi berlangsung dengan baik, tanpa menimbulkan perpecahan di masyarakat. “Potensi gesekan lebih besar karena Kota Kediri terbelah,” kata Ketua Bawaslu Kota Kediri, Yudi Agung Nugraha.

Yudi menambahkan bahwa calon pemimpin yang bersentuhan langsung dengan masyarakat berpotensi menimbulkan fanatisme. “Fanatisme pasti ada, dan ini adalah salah satu potensi kerawanan. Kami berharap media dapat membantu menyampaikan pesan untuk menjaga kondusivitas Kota Kediri,” jelasnya.

Untuk menghindari perpecahan, Yudi mengimbau kedua paslon untuk berkompetisi secara damai dan menjaga ketenangan selama kontestasi. “Kami mengharapkan kedua calon dapat menjaga suasana Kota Kediri tetap tenang selama proses pilkada,” tambahnya.

Bawaslu juga telah memetakan potensi kerawanan Pilkada 2024, terutama di tahapan kampanye. Masalah yang perlu diperhatikan termasuk materi kampanye yang mengandung SARA, politik uang, perusakan alat peraga kampanye, serta netralitas aparatur sipil negara (ASN). Dalam audiensi sebelumnya dengan Pemkot Kediri, Penjabat (Pj) Wali Kota Zanariah telah menekankan pentingnya netralitas ASN.

Ketua Bawaslu Kabupaten Kediri, Saifuddin Zuhri, juga mengantisipasi potensi konflik serupa di Kabupaten Kediri. “Kami akan terus mengawasi setiap tahapan pilkada untuk mencegah pelanggaran seperti isu SARA, hoaks, dan black campaign,” ujarnya.

Untuk itu, Bawaslu akan menggencarkan sosialisasi dan mengawasi agar Pilkada tetap berjalan kondusif. Mereka juga akan mencegah mobilisasi ASN dan perangkat desa untuk memastikan proses pilkada berlangsung tanpa masalah. (Red.N)

Posting Komentar

0 Komentar