Kediri, tipikor.web.id – Pecco Bagnaia, sang juara bertahan MotoGP, kembali mengalami akhir pekan yang mengecewakan usai gagal meraih hasil positif dalam seri MotoGP Prancis 2025. Alih-alih tampil trengginas dengan motor barunya, Ducati GP25 justru membuatnya frustrasi.
Dalam dua balapan di Sirkuit Le Mans, Prancis, Bagnaia tak mampu mengamankan satu poin pun. Ia gagal menyelesaikan sprint race dan terjatuh di race utama usai insiden dengan rekan setimnya sendiri, Enea Bastianini. Ini menjadi pukulan telak di awal musim yang penuh tekanan.
Namun, bukan sekadar insiden yang jadi sorotan. Masalah mendasar justru terletak pada ketidakcocokan Pecco dengan tunggangan barunya. Sejak seri pembuka musim ini, ia belum merasa nyaman dengan bagian depan motor.
"Jujur saja, saya belum pernah merasa benar-benar nyatu dengan bagian depan GP25 ini," ungkap Bagnaia dalam sesi wawancara pasca balapan.
"Bagian depan terasa mati, saya kehilangan feeling saat ngerem atau masuk tikungan."
Berbagai pengaturan telah dicoba oleh tim Ducati demi menemukan solusi terbaik. Namun hingga seri keenam musim ini, Pecco belum juga menemukan chemistry dengan motornya.
"Setiap kali masuk tikungan, saya seperti menebak-nebak. Nggak ada feedback yang jelas. Tim sudah coba semua setup, tapi malah bikin tambah bingung," tambahnya.
Padahal saat balapan berlangsung dalam kondisi lintasan basah, strategi awal Pecco cukup menjanjikan. Ia memilih ban rain dan sempat membuka peluang untuk menyalip beberapa pembalap di depan.
Sayangnya, insiden dengan Bastianini serta transisi motor yang kurang mulus membuat momentum itu buyar. Ia harus puas finis di posisi ke-16 tanpa membawa pulang poin satu pun.
Hasil ini membuat posisinya di klasemen semakin tertinggal dari Marc Marquez, dengan selisih poin kini mencapai 51. Sebuah jarak yang makin mengkhawatirkan di tengah perjuangan mempertahankan gelar.
Meski demikian, Bagnaia masih menyimpan harapan. Ia percaya bahwa Ducati mampu menyulap GP25 menjadi motor yang bukan hanya kencang di atas kertas, tapi juga nyaman dan responsif saat digeber di lintasan.
“Kalau motor secanggih apapun nggak bisa nyambung sama pembalapnya, ya percuma. Kita butuh motor yang bisa kasih feeling. Sekarang tugas berat ada di tangan tim, supaya kita bisa balik ke performa terbaik,” pungkasnya.
Kini, Ducati punya pekerjaan rumah besar: membangun koneksi antara Pecco dan GP25 sebelum musim berjalan makin jauh dan peluang mempertahankan gelar makin tipis.(Red.al)
0 Komentar