New York tipikor.web.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mencuri perhatian dunia dalam Sidang Majelis Umum PBB, Selasa (23/9/2025) waktu setempat. Trump tidak hanya mengecam langkah sejumlah negara yang mengakui Palestina sebagai negara, tetapi juga berbicara hampir satu jam—padahal aturan hanya memberi waktu 15 menit bagi setiap kepala negara.
Dalam urutannya, Trump mendapat giliran kedua setelah Presiden Brasil dan sebelum Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Sesuai gaya khasnya, pidato Trump diwarnai pernyataan keras yang memicu kontroversi.
Kritik Pengakuan Palestina
Trump secara tegas mengecam langkah negara-negara Barat seperti Prancis, Inggris, Kanada, Australia, Portugal, Belgia, dan beberapa lainnya yang baru-baru ini memberikan pengakuan terhadap Palestina.
“Alih-alih menyerah pada tuntutan Hamas, seharusnya dunia bersatu dengan satu pesan: bebaskan para sandera sekarang juga,” tegasnya dalam forum tersebut.
Menurut Trump, pengakuan sepihak terhadap Palestina justru dianggap memberi keuntungan besar bagi kelompok Hamas yang ia sebut bertanggung jawab atas aksi kekerasan di Gaza.
Pidato Meleset Waktu
Trump berbicara selama 56 menit, jauh melewati batas waktu. Ia menyampaikan berbagai isu mulai dari kebijakan imigrasi di AS, kritik terhadap perubahan iklim yang disebutnya “tipuan”, hingga seruan kembali ke bahan bakar fosil.
“Imigrasi dan ide energi bunuh diri mereka akan menghancurkan Eropa Barat,” ujarnya dengan nada sinis.
Ia juga menyindir sejumlah tokoh, termasuk Wali Kota London Sadiq Khan, serta memamerkan pencapaian ekonomi di Amerika Serikat meski data resmi bank sentral AS menunjukkan kondisi berbeda.
Sindir PBB
Tidak hanya negara-negara tertentu, Trump juga melayangkan kritik tajam terhadap PBB. Ia menyebut badan dunia itu hanya “menulis surat keras tanpa tindak lanjut nyata”.
“PBB punya potensi luar biasa, tapi saat ini hanya omong kosong belaka. Omong kosong tidak akan menghentikan perang—tindakanlah yang bisa,” kata Trump.
Trump bahkan menyelipkan keluhan soal teleprompter dan eskalator rusak di markas PBB. Menurutnya, hal tersebut menjadi gambaran ketidakseriusan organisasi internasional tersebut.
Dalam pidatonya, Trump bahkan menyatakan dirinya layak mendapat Nobel Perdamaian karena merasa lebih banyak berkontribusi menghentikan konflik global dibandingkan PBB sendiri.
(red.FR)
0 Komentar